Kamis, 09 Juni 2011

FENOMENA DAN APLIKASI HIPNOSIS DALAM PEMBELAJARAN

FENOMENA DAN APLIKASI HIPNOSIS DALAM PEMBELAJARAN
oleh Arie Rakmat Riyadi, M.Pd, CHt
(Penulis adalah Dosen Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Certified Hypnotherapist & Trainer MAKNA Life Institute)

ABSTRAK


Setiap guru tentu menginginkan proses pembelajaran berjalan efektif dan efisien, selain menyenangkan dalam prosesnya, juga optimal pada hasil belajar yang diperoleh siswanya. Akhir-akhir ini, muncul gagasan bahkan menjadi fenomena di sejumlah kalangan pendidik tentang aplikasi hipnosis dalam pembelajaran baik dalam bentuk buku maupun pelatihan-pelatihan. Hipnosis sebagai sebuah ilmu komunikasi yang berhubungan dengan mekanisme pikiran dijadikan sebagai sebuah alternatif dalam proses pembelajaran. Tulisan singkat ini menggali secara mendasar tentang hipnosis dan aplikasinya dalam pembelajaran. Kajian difokuskan pada proses dan efektivitas perilaku belajar yang ditegaskan dengan pemahaman dasar tentang hipnosis mencakup pikiran sadar dan bawah sadar, faktor kritis, gelombang otak dan sejumlah simpulan menyeluruh tentang hipnosis dan pembelajaran.

Kata Kunci: pembelajaran, hipnosis, pikiran sadar dan bawah sadar, faktor kritis, dan gelombang otak.



PENDAHULUAN

Secara fundamental Dollar & Miller (Surya, 1983) menegaskan bahwa keefektifan perilaku belajar dipengaruhi oleh: (1) adanya motivasi (drives), peserta belajar harus menghendaki sesuatu (the learner must want something), (2) adanya perhatian dan tahu sasaran (cue), peserta didik harus memperhatikan suatu (the learner must notice something), (3) adanya usaha (response), peserta didik harus melakukan suatu (the learner must do something), dan (4) adanya evaluasi dan pemantapan hasil (reinforcement) peserta didik harus memperoleh sesuatu (the learner must get something). Perbuatan belajar ditandai dengan adanya perubahan pola-pola sambutan baru dalam tingkah laku individu. Perubahan tingkah laku ini akan merupakan manifestasi perbuatan belajar. Ini berarti bahwa seseorang yang telah melalui proses belajar akan mengalami perubahan tingkah lakunya secara keseluruhan. Hasil utama belajar adalah perubahan perilaku yang didasari oleh keteguhan pemikiran dan keterlibatan emosional secara mekanistik yang mewujud pada karakter dan kepribadian individu.
Akhir-akhir ini banyak muncul buku-buku yang secara teoretik mengkaji tentang aplikasi hipnosis dalam pembelajaran, tidak ketinggalan pelatihan-pelatihan dengan tema yang sama dengan tujuan utama untuk mengoptimalkan hasil belajar. Bahkan, kurang-lebih ada garansi tidak tertulis bahwa melalui aplikasi hipnosis sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran seorang guru atau calon guru dapat memenuhi amanat Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 40 yang pada salah satu ayatnya menyatakan dengan tegas bahwa guru dan tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis. Demikian juga di dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Standar Proses pada Pasal ayat 1 Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Tulisan ini berusaha mengurai secara mendasar dalam memahami fenomena hipnosis dan aplikasinya dalam pembelajaran.





HIPNOSIS DAN PEMBELAJARAN
“Jika melihat api, Anda tidur! Jika lihat api, tidur! Lihat api, tidur!” Itulah rangkaian kalimat yang sering diperlihatkan di televisi pada sebuah acara yang mengaplikasikan hipnosis untuk hiburan (stage-hypnosis; hypnotist=pelaku). Acara tersebut, bisa benar; bisa juga tidak (rekayasa). Namun, akhir-akhir ini hipnosis muncul dalam pelatihan-pelatihan kependidikan khususnya untuk mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran. Apa sebenarnya hipnosis? Mungkinkah diterapkan dalam pembelajaran? Untuk mengetahuinya, secara singkat berikut diuraikan secara ilmiah (www.apa.org, lihat divisi 30) tentang hal-hal yang berhubungan dengan hipnosis.

Pikiran Sadar dan Bawah Sadar
Manusia mempunyai dua pikiran yang bekerja paralel dan saling mempengaruhi, yaitu pikiran sadar (conscious mind) dan pikiran bawah sadar (subconscious mind). Pengaruh pikiran sadar terhadap hidup manusia sebesar 12%, sedangkan pikiran bawah sadar sebanyak 88%. Dengan kata lain pengaruh kekuatan pikiran sadar dan bawah sadar secara paralel dalam menentukan perilaku, pola pikir, sikap, kebiasaan dan hidup individu adalah 1 : 9 (Gunawan, 2010; www.trancemaker.co.uk/hypnosis/humanmind.htm; Webe, 2010).
Pikiran sadar merupakan penyimpan dan pengingat informasi dari setiap kejadian dan perasaan individu dalam kurun waktu satu setengah jam terakhir (Jaya, 2010). Pikiran sadar memiliki lima fungsi, yaitu analitikal, rasional, memori jangka pendek, will power (kekuatan kehendak), dan critical factor (faktor kritis). Pikiran bawah sadar terdiri dari dua bagian, yaitu modern memory area (MA) dan primitive area (PA). Di dalam MA tersimpan kepercayaan (belief), nilai (value), kebiasaan (tiga macam: baik, buruk dan refleks), memori jangka panjang, kepribadian, intuisi dan persepsi. Kapasitas penyimpanan data pikiran bawah sadar tak terbatas. Di dalam PA berisi program yang telah terinstal oleh Maha Pencipta, untuk mengendalikan fungsi tubuh yang bersifat otonom seperti pernapasan, detak jantung, sistem kekebalan tubuh, mekanisme pertahanan tubuh, melindungi diri dari infeksi, menghasilkan emosi dan penggunaan refleks (Gunawan, 2010). Pengertian lebih jelas dapat disaksikan di youtube dengan alamat web http://www.youtube.com/watch?v=SVZHNWup-CU.

Gambar 1
Ilustrasi Lapisan Pikiran Sadar dan Bawah Sadar

Suatu program pikiran, baik yang positif maupun negatif, masuk dan tertanam kuat di pikiran bawah sadar melalui lima jalur mencakup: (1) ide yang disampaikan oleh figur yang dipandang sebagai figur otoritas; (2) ide dengan muatan emosi yang tinggi; (3) repetisi ide (membuat ide dikenal dan diterima oleh pikiran bawah sadar); (4) penguatan ide oleh sumber-sumber lain (orangtua, guru, teman, buku dan lain-lain); dan (5) ide yang dihubungkan dengan faktor emosi signifikan (emotional identification) (Gunawan, 2010).

Gambar 2
Ilustrasi Pembentukan Identitas Diri Berdasarkan Struktur Neuro Logical Levels

Kekuatan pikiran bawah sadar yang sanggat dominan (88%) memungkinkan seseorang mengalami konflik dalam dirinya. Apabila terjadi konflik antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, maka pikiran bawah sadar selalu menang. Misalnya, seorang perokok yang kesulitan berhenti merokok. Kebiasaan merokok adalah hasil kerja dari pikiran bawah sadar. Sedangkan keinginan untuk berhenti merokok adalah hasil logika pikiran sadar, yaitu dengan jelas mengetahui bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan dan kondisi ekonomi. Namun, logika bahwa rokok itu merugikan kesehatan dan menguras isi kantong terkalahkan oleh kebiasaan yang sudah tertanam kuat di pikiran bawah sadar. Hipnosis memungkinkan seseorang meningkatkan kendali terhadap pikiran bawah sadar.
Hasil riset menunjukkan bahwa otak secara sadar hanya dapat mencurahkan fokus kepada satu topik pada satu saat, namun dapat melakukan sangat banyak hal pada level bawah sadar. Pert (Gunawan, 2007) seorang neuroscientist dari Georgetown University Medical Center, menyatakan bahwa 98-99% pembelajaran dilakukan oleh otak dan tubuh pada level bawah sadar. Hasil riset lainnya menunjukkan bahwa dengan penggunakan teknik pembelajaran pra-sadar akan dicapai hasil pembelajaran yang sangat baik dengan pengaruh maksimal pada memori.
Di dalam pembelajaran, pengetahuan dasar ini dapat digunakan untuk menghancurkan mental-block yang besar kemungkinan dialami tidak saja oleh para siswa namun juga dihadapi oleh guru dan menghambat proses dan optimalisasi hasil belajar.

Critical Factor
Faktor kritis (critical factor) sebagaimana terlihat pada gambar 1 di dalam otak manusia terletak pada wilayah yang ada pada area reticular activating system (RAS) (http://en.wikipedia.org/wiki/Reticular_activating_system, 2011). Faktor kritis merupakan pembatas (filter) yang tugas utamanya adalah bekerja melayani pikiran bawah sadar. Pekerjaan utamanya adalah untuk melakukan analisa terhadap setiap informasi atau data yang akan masuk ke pikiran bawah sadar. Hanya data yang sejalan dengan data base di pikiran bawah sadar saja yang ia (critical factor) izinkan masuk. Tujuan dan fungsi faktor kritis adalah agar data yang telah ada di pikiran bawah sadar tidak mudah untuk diubah (Gunawan, 2010).

Faktor kritis sebenarnya mekanisme pertahanan diri dan baik untuk manusia. Bisa dibayangkan bila data yang ada di pikiran bawah sadar bisa dengan begitu mudah diubah. Hidup manusia bisa kacau. Namun begitu, ada juga kerugiannya, yaitu pada saat seseorang hendak mengubah suatu data (program pikiran) yang tidak mendukung perilaku, maka kesulitan yang sama akan muncul, faktor kritis tidak mengizinkan hal ini terjadi. Untuk memahami lebih lanjut tentang faktor kritis berikut disajikan dua gambar yang mengilustrasikan faktor kritis (Gunawan, 2010).

Gambar 3

Ilustrasi Kinerja Faktor Kritis

Bila seseorang disodorkan dua gambar tersebut, pasti akan mengatakan bahwa pemberian nama pada kedua gambar tersebut salah. Gambar pertama seharunya bujursangkar, sedangkan gambar kedua adalah persegi panjang. Berikut adalah yang terjadi dalam pikiran saat melakukan analisis.

Pikiran sadar: Ini ada dua gambar. Yang satu persegi panjang dan satunya lagi bujursangkar. Kamu diminta untuk mengecek kebenaran nama yang diberikan pada gambar tersebut.

Faktor kritis: Bawah sadar, ini ada dua gambar. Katanya yang satu bernama bujursangkar, satunya lagi persegi panjang. Apakah namanya sudah benar untuk keduanya?

Bawah sadar: Sebentar ya, saya lihat dulu. Dari data yang ada di saya, gambar pertama bukan persegi panjang, ini adalah bujursangkar karena keempat sisinya sama

Kalau persegi panjang, sisi yang sama panjang hanya dua, sedangkan yang lain tidak. Jadi, nama yang diberikan gambar itu salah.

Faktor kritis: Baik, saya mengerti. Terima kasih.

Bawah sadar: Sama-sama.

Faktor kritis: Pikiran sadar, namanya salah. Terbalik. Yang benar, gambar pertama itu bujursangkar sedangkan yang kedua adalah persegi panjang.

Pikiran sadar: Apanya yang salah?

Faktor kritis: Begini ya. Yang namanya bujursangkar itu syaratnya keempat sisi sama panjang, sedangkan gambar pertama tidak seperti itu. Kemudian persegi panjang itu, sisi yang sama panjang hanya dua. Jelas sekarang?

Pikiran sadar: Oh, begitu. Terima kasih.

Tentu saja prosesnya tidak selambat seperti yang diilustrasikan di atas. Namun, ilustrasi di atas menegaskan bahwa data yang digunakan untuk pembanding selalu data yang ada di memori, yaitu di pikiran bawah sadar. Jadi, kalau sampai data awal yang masuk ke pikiran bawah sadar adalah data yang tidak akurat atau salah maka akibatnya sungguh berbahaya. Itulah sebabnya, penembusan faktor kritis perlu dilakukan untuk memodifikasi data yang ada di memori, di pikiran bawah sadar, mudah dan permanen. Saat faktor kritis tersebut ditembus dengan diterimanya suatu ide atau pemikiran tertentu dengan kata lain terjadi modifikasi data, maka inilah sebenarnya hipnosis.

Salah satu definisi hipnosis yang paling banyak digunakan dikutip dari US Department of Education Human Services Division (Gunawan, 2010): “Hypnosis is the baypass of the critical factor of the conscious mind and followed by the establishment of acceptable selective thinking” (hipnosis adalah penembusan faktor kritis dari pikiran sadar dan diikuti dengan diterimanya pemikiran atau sugesti tertentu). Batasan lain yang dikemukakan Gunawan (2010): “All hypnosis is based on magnified brainwaves frequency and amplitude changes from beta state to delta state resulting in enhanching and increasing focus, concentration, and receptivity towards any mental message given to subconscious” (semua hipnosis sebenarnya adalah berdasarkan pada perubahan frekuensi dan amplitudo gelombang otak dari kondisi beta ke kondisi delta yang mengakibatkan meningkatkanya fokus, konsentrasi, dan penerimaan terhadap pesan-pesan mental yang diberikan kepada pikiran bawah sadar).

Dari kedua definisi di atas sama sekali tidak ada pernyataan mengenai relaksasi fisik. Hipnosis adalah seni berkomunikasi yang memiliki kemampuan untuk menembus faktor kritis sehingga memudahkan seseorang dengan mudah menerima informasi baru pada pikiran bawah sadarnya. Hipnosis bukan relaksasi fisik tapi relaksasi pikiran. Ini dibuktikan dengan pengukuran gelombang otak dengan menggunakan EEG (electroechephalograph) khusus.

Atas dasar pengertian tentang faktor kritis dan hipnosis di atas, maka dalam pembelajaran seorang guru seyogianya memiliki kemampuan untuk menembus faktor kritis anak didiknya. Sehingga proses pembelajaran yang dilalui dapat meninggalkan kesan dan pengertian mendalam tentang apa yang diajarkan secara permanen masuk ke dalam memori jangka panjang siswa.

Gelombang Otak
Gelombang otak manusia bisa dilihat dan dikenali dengan menggunakan alat pengukur gelombang otak yang disebut EEG. Gambaran gelombang otak pada alat tersebut berubah-ubah seiring dengan pergantian gelombang otak yang digunakan. Di saat seseorang mengalami stres, kemudian mencoba untuk rileks, semakin tenang dan bertambah nyaman, maka gelombang otak di layar EEG juga akan berubah. Dengan alat ini ditemukan empat jenis gelombang otak manusia, yaitu gelombang beta, alpha, theta dan delta (Noer, 2010; Webe, 2010).

Frekuensi gelombang beta berada pada kisaran 12-25 Hz. Manusia berada pada kondisi sangat sadar, melakukan aktivitas keseharian, melakukan debat, atau berdiskusi. Gelombang ini didominasi logika otak kiri dan merangsang otak mengeluarkan hormon kortisol dan norefinefrin yang menyebabkan cemas, khawatir, marah dan stres. Terlalu intens berada pada gelombang ini biasanya menimbulkan perasaan sensitif berlebihan seperti mudah marah, cepat terpancing emosi, serta mudah tersinggung (Sentanu dalam Noer, 2010).

Dalam kondisi alpha, frekuensi gelombang otak berada pada kisaran 8-12 Hz. Manusia berada dalam kondisi rileks dengan kewaspadaan penuh dan nyaman seperti sedang membaca, menulis atau memikirkan jalan keluar atas sebuah permasalahan dengan fokus. Kondisi ini merupakan pintu masuk ke dalam pikiran bawah sadar. Semua anak kecil sangat aktif menggunakan gelombang alpha, sehingga mereka sangat mudah menyimpan informasi (Gunawan, 2010; Noer, 2010). Gelombang otak ini menurut Sentanu (Noer, 2010) menghasilkan hormon serotin dan endorfin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang, bergembira dan bahagia.

Frekuensi gelombang theta berada pada kisaran 4-8 Hz. Berada pada gelombang ini kondisi seseorang dalam keadaan sangat rileks, kondisi meditatif, dan memudahkan munculnya ide-ide kreatif. Namun, bila sulit mengendalikan berada dalam kondisi ini, seseorang mudah masuk ke kondisi delta, alias tidur. Gelombang ini mengakibatkan otak mengeluarkan hormon melatonin, catecholamine dan arginine-vasopressin yang menyebabkan pikiran sangat hening dan khusyuk (Sentanu dalam Noer, 2010). Terakhir, yaitu gelombang delta. Frekuensi gelombang delta berada pada kisaran 0,5-4 Hz. Seseorang dalam gelombang ini berada pada kondisi tidur pulas. Pada kondisi ini otak mengeluarkan HGH (human growth hormone) atau hormon pertumbuhan untuk melakukan pergantian sel.

Kondisi kondisi gelombang otak ini sering ditemukan secara aktif secara otomatis dalam perkembangan umur setiap individu. Dalam bukunya “Unleashing Your Brilliance”, Walsh (Jaya, 2010) mengatakan bahwa dalam gelombang otak aktif secara berbeda dalam setiap tingkatan umur. Bayi memiliki gelombang otak dengan kecepatan rendah yaitu dibawah 4 Hz (termasuk kategori delta) yang apabila pada orang dewasa berada pada kondisi tidur lelap. Anak berumur 4 tahun kecepatan gelombang otak meningkat naik menjadi 4-7 Hz. Gelombang ini termasuk pada kondisi theta atau disebut gelombang high thinking learning yaitu kondisi yang memungkinkan seseorang memasuki proses belajar yang tertinggi dalam pembelajaran. Anak berumur 7 tahun kecepatan gelombang otak meningkat menjadi 7-13 Hz yang masuk pada kategori alpha yaitu gelombang terbaik untuk belajar dan memelajari ilmu baru, berimajinasi dan meningkatkan kemampuan penyimpanan informasi pada long term memory.

Memaksimalkan pembelajaran atas dasar kondisi gelombang otak dapat dilakukan dengan mengkondisikan siswa dari frekuensi gelombang otak beta ke dalam alpha menuju theta. Hal ini dapat dilakukan melalui permainan, musik relaksasi, dan humor.


SIMPULAN
Hipnosis adalah seni berkomunikasi yang memiliki kemampuan untuk menembus faktor kritis sehingga memudahkan seseorang dengan mudah menerima informasi baru pada pikiran bawah sadarnya. Hipnosis dalam pembelajaran ditujukan untuk mengefektifkan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan fokus penuh perhatian dengan menggunakan mekanisme pikiran, faktor kritis serta gelombang otak yang secara ilmiah dan alamiah terjadi melalui interaksi guru dengan anak didiknya. Hipnosis dalam pembelajaran dapat menghancurkan mental-block yang besar kemungkinan dialami tidak saja oleh para siswa namun juga dihadapi oleh guru yang menghambat proses dan optimalisasi hasil belajar. Melalui hipnosis, khususnya waking hypnosis yaitu sebuah teknik hipnosis yang menggunakan sugesti untuk melewati ranah pikiran sadar tanpa disadari. Teknik-teknik yang dapat dilakukan termasuk matching-mirroring, pacing-leading, sugesti, visualization, affirmation, positive words, reframing, emotional shyncronizing, anchoring, pemanfaatan modalitas VAK, single binding pattern dan masih banyak lagi. Perlu ada penelitian model komparatif atau eksperimen yang cukup ketat untuk membedakan antara proses pembelajaran dan hasil belajar siswa yang mengaplikasikan hipnosis, dengan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran konvensional atau metode lain. Sehingga diperoleh ketegasan tentang efektivitas dan efesiensi aplikasi hipnosis dalam pembelajaran.


REFERENSI
Almatin, I. (2010). Dahsyatnya Hypnosis Learning untuk Guru & Orang Tua. Jakarta: Pustaka Widyatama.

Gunawan, A.W. (2007). Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gunawan, A.W. (2010). Hypnotherapy for Children: Cara Mudah dan Efektif Menerapi Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hakim, A. (2010). Hypnosis in Teaching: Cara Dahsyat Mendidik & Mengajar. Jakarta: Visimedia.

http://www.trancemaker.co.uk/hypnosis/humanmind.htm The Human Mind

Jaya, N.T. (2010). HypnoTeaching: Bukan Sekedar Mengajar. Bekasi: D-Brain.

Noer, M. (2010). HypnoTeaching for Success Learning. Yogyakarta: Pedagogia.

Surya, M. (1983). Pengaruh Faktor-faktor Non-Intelektual terhadap Gejala Berprestasi Kurang. Jakarta: Dirjen Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Depdikbud Dirjen Dikti.

Webe, A. (2010). SMART Teaching. Yogyakarta: Jbpublisher.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More